Kamis, 14 Januari 2016

Angina Pectoris



Angina Pectoris

A.   Definisi
Angina Pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respos terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium dibandingkan kebutuhan mereka akan oksigen. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen.
Angina biasanya disebabkan oleh penyakit jantung aterosklerotik dan hamper selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner utama
angina
  1. Etiologi
Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri koroner, penyebab lainnya adalah:
Stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta)
Regurgitasi katup aorta
Spasme arterial
Anemia yang berat

  1. Klasifikasi
Secara klinis angina pectoris, dibagi atas:
1.            Stable angina : serangan nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit belum menetap, dan berespon terhadap pengobatan.
2.            Unstable angina: serangan nyeri dada biasanya berlangsung lebih dari lima menit, menetap, dan tidak berespon terhadap pengobatan.
3.            Prizmetal (variant) angina: serangan nyeri dada yang hanya timbul saat istirahat, gambaran EKG adanya ST elevasi.
4.            Vaiable threshold angina : terjadi bila pergerakan pembuluh darah (vasomotion) dapat muncul saat istirahat.
5.            Jenis angina yang lain:
a.       Noctural angina : terjadi pada malam hari (REM Sleep), dapat diredakan dengan cara duduk tegak, dan biasa terjadi pada masalah jantung kiri (Left ventricular Failure).
b.      Angina decubitus : Nyeri dada pada saat berada dalam posisi berbaring dan dapat dilegakan dengan cara duduk/berdiri
c.       Silent ischemia : dikesan ada tanda-tanda ischemia pada waktu dilakukan EKG tapi pasien tidak menunjukkan tanda-tanda atau simptom.
Karaktristik
Varian Angina
AP
UAP
PRINZMETAL
Etiologi
proses aterosklerosis pada arterikoronaria
ruptur plak aterosklerosis atau spasme ,trombus /trombosit yang beragregasi
akibat spasme pembuluh darah koroner,tetapi dapat pula timbul karena spasme pembuluh darah yang normal
Waktu serangan
Saat beraktivitas
Kapan saja (Waktu istrahat,waktu tidur bahkan saat aktivitas ringan )
 Pada Saat istrahat dengan serangan tiba – tiba
Lamanya Serangan ( Nyeri dada )
Beberapa menit ,namun < 20 menit
> 20 menit ( lebih lama ),bahkan sampai beberapa jam ,intensitas,durasi  dan frekuensi lebih sering /meningkat
> 20 menit ( lebih lama )
Prognosis
Lebih ringan dibanding varian AP yang lain
Beresiko besar menjadi Infark Miokard
Beresiko besar menjadi Infark Miokard
Gambaran EKG
Adanya perubahan segmen ST & gelombang T yang tidak khas ,pd saat serangan depresi segmen ST dan gel. T menjadi negatif
Depresi segmen ST dibanding angina Stabil,namun masis reversibel
Aritmia seperti AV block atau aritmia ventrikel sampai vibrilasi ventrikel ,adanya ST elevasi
  1. Faktor Resiko, Presipitasi dan Faktor yang memperberat
1.      Faktor Resiko;merupakan faktor –faktor yang dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis, diantaranya:
Yang dapat dikoreksi: Obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, merokok, emosi, DM, kurang latihan jasmani
Faktor yang tidak bisa dikoreksi : keturunan, jenis kelamin, kepribadian tipe A,
2.      Faktor Presipitasi
Emosi, stress,kerja fisik terlalu berat, hawa dingin, hawa terlalu panas dan lembab, makan terlalu kenyang, banyak merokok.
3.      Faktor yang memperberat
Obesitas, hipertensi, anemia, hipertiroidisme, aritmia, PPOM.

  1. Karakteristik Nyeri
Dalam mendiagnosa angina pektoris ,seringkali didiagnosis terhadap adanya nyeri dada yang khas ,meliputi :
1.      Lokasinya biasanya di dada, subternal atau sedikit di kirinya, dengan penjalaran ke leher, rahang, bahu kiri s/d jari-jari bagian urnal, punggung/ pundak kiri.
2.      Kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri yang tumpul seperti rasa tertindih/berat di dada, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari bawah diafragma,seperti diremas-remas atau dada mau pecah dan biasanya pada keadaan yang berat disertai keringat dingin dan sesak nafas serta perasaa takut mati. Biasanya bukanlah nyeri yang tajam, seprti rasa ditusuk-tusuk/diiris sembilu, dan bukan pula mules. Tidak jarang pasien mengatakatan bahwa ia hanya merasa tidak enak didadanya. Nyeri berhuungan dengan aktivitas, hilang dengan istirahat, tapi tidak berhubungan dengan gerakan pernafasan atau gerakan dada kekiri dan kekanan. Nyeri juga dapat di presipitasi oleh sters fisik ataupun emosional.Kuantitas nyeri yang pertama kali sering timbul biasanya agak nyata, dari beberapa menit sampai kurang dari 20 menit. Bila lebih dari 20 menit dan berat harus dipertimbangan sebagai angina tak stabil (unstable Angina Pectoris=UAP) sehingga dimasukkan kedalam sindrom koroner akut=acute goronary syndrome” ACS, yang memerlukan perawatan khusus. Nyeri dapat dihilangkan dengan nitrogliserin sub lingual dalam hitungan detik sampai beberapa menit nyeri tidak terus menerus, tetapi hilang timbul dengan intensitas yang makin bertambah atau makin berkurang sampai terkontrol. Nyeri yang berlangdsung terus menerus sepanjang hari, bahkan sampai berhari-hari biasanya bukanlah nyeri angina pectoris.
3.      Hubungan dengan aktivitas
Nyeri dada angina biasanya timbul pada waktu melaukan aktivitas misalnya berjalan cepat,tergesa – gesa atau sedang berjalan mendaki atau menaiki tangga,nyeri dapat pula timbul walaupun hanya melakukan aktivitas ringan seperti menyikat gigi,makan tterlalu kenyang atau emosi, nyeri akan hilang bila aktivitas dihentikan namun dapat pula angina timbul pada waktu istrahat atau pada waktu tidur malam.

  1. Patofisologi
Nyeri dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard,akibat suplai darah dan oksigen di miokard berkurang,aliran darah tersebut berkurang karena penyempitan pembuluh darah koroner  yang terjadi karena proses aterosklerosis atau spasme pemnuluh darah koroner atau kombinasi proses aterosklerosis dan spasme,hal tersebut menyebabkan hipoksia jaringan yang menyebabkan perubahan metebolisme dari aerob menjadi anaerob yang mengakibatkan akumulsi asam laktat yang bersifat mekanosensitif teradap timbunya nyeri.
Pada mulanya suplai tersebut masih cukup untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istrahat ,tetapi tidak cukup bila kebutuhan oksigen miokard meningkat seperti pada waktu pasien melakukan aktivitas fisik yang cukup berat.


Angina pektoris tidak stabil dapat disebabkan oleh ruptur plak, trombosis dan agregasi trombosit, vasospasme, dan erosi plak tanpa ruptur. Ruptur dari plak aterosklerosis dianggap penyebab terpenting angina pektoris tidak stabil, sehingga tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh darahkorner yang sebelumnya mempunyai penyempitan yang minimal. Dua pertiga dari pembuluh darah yang mengalami ruptur sebelmunya mempunyai penyempitan sedikitnya 50 % atau kurang dan pada 97% angina tak stabil  mempunyai penyempitan kurang daro 70%. Plak aterosklerosis ini terdiri dari inti yang mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan fibrotik (fibrotic cap) plak yang tidak stabil terdiri dari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang normal, kadang-kadang keretakan timbul pada dinding plak yang paling lemah karena adanya enzim protease yang dihasilkan makrofag dan secara enzimatik melemahkan dinding plak.
Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi, dan agregasi platelet, dan menyebabkan terbentuknya trombus. Bila trombus menutup pembuluh darah 100% maka akn terjadi infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bila trombus tidak menutupi 100% dan hanya menimbulkan stenosis yang berat kan terjadi angina tak stabil.
Agregasi platelet dan pembentukan trombus juga merupakan penyebab angina tak stabil. Terjadinya trombosis setelah plak terganggu disebabkan karena interaksi antara sel lemak, sel otot polos, makrofag, dan kolagen. Inti lemak merupakan bahan terpenting dalam pembentuk trombus yang kaya akan trombosit, sedangkan otot polos dan sel busa yang ada dalam plak berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam plak tidak stabil. Setelah berhubungan dengan darah, faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VIIa untuk memulai kaskade reaksi enzimatik yang menghasilkan pembentukan trombin dan fibrin
Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel, terjadi agregasi platelet, dan pletelet melepaskan  isi granula sehingga memicu angregasi yang lebih luas, vasokonstriksi dan pembentukan trombus. Faktor sistemik dan inflamasiikut berperan dalam perubahan tejadinya hemostase dan koagulase dan berperan dalam memulai trombosis yang intermitten, pada angina tak stabil.
Vasospasme. Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peranan penting dalam terjadinya angina tak stabil. Diperkirakan adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh platelet berperan dalam perubahan dalam tonus pembuluh darah dan menyebabkan spasme. Spasme yang terlokalisir seperti pada angina Prinzmetal juga dapat menyebabkan angina tak stabil. Terjadinya penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya proliferasi  dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel; adanya perubahan bentuk dan lesi karena bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan penyempitan pembuluh dengan cepat dan keluhan iskemi.
  1. Manifestasi Klinik
Rasa diikat atau ditekan yang bermula dari tengah dada yang secara bertahap menyebar ke rahang bawah, permukaan dalam tangan kiri, permukaan ulnar jari manis dan jari kelingking.
Secara garis besar, cirri khas tanda dan gejala terjadinya angina pectoris dapat dilihat dari letaknya (daerah yang terasa sakit), kualitas sakit, hubungan timbulnya sakit dengan aktivitas dan lamanya serangan.
Sakit biasanya timbul di daerah sternal, sub sternal, atau dada sebelah kiri dan menjalar ke lengan kiri, kualitas sakit yang timbul beragam, dapat seperti ditekan benda berat, dijepit atau terasa panas. Sakit biasanya timbul saat melakukan aktivitas dan hilang saat berhenti

  1. Pemeriksaan Diagnostik
EKG (elektrokardiograf), didapatkan depresi segmen ST lebih dari 1 mm pada waktu melakukan latihan/aktivitas dan biasanya disertai sakit dada mirip seperti serangan saat angina.
Enzim/isoenzim jantung biasanya DM: meningkat menunjukkan kerusakan miokard.pemantauan EKG 24jam dilakukan untuk melihat episode nyeri sehubungan dengan segmen ST berubah. Depresi ST tanpa nyeri menunjukkan iskemia.
Foto dada: biasanya normalnamun infiltrate mungkin ada menunjukkan dekompensasi jantung atau komplikasi paru.
PCO2 kalium dan laktat miokard: munkin meningkat selama serangan angina (semua berperan dalam iskemia miokard).
Pacu stress takikardi atrial: dapat menunjukkan perubahan segmen ST LVEDP dapat meningkat atau masih statis dengan iskemia. Meninggi dengan nyeri dada atau perubahan ST adalah diagnostic iskemia.
Kateterisasi jantung dengan angiografi: diindikasikan pada pasien dengan iskemia yang diketahui dengan angina atau nyeri dada tanpa kerja, pada pasien dengan kolestronemia dan penyakian jantung keluarga yang mengalami  nyeri dada dan dengan pasien EKG istirahat abnormal. Hasil abnormal ada gangguan kontraktilitas, penyakit katup, gagal ventikel.
Injeksi ergonogative (ergogratea): pasien yang mengalami angina saat istirahat menunjukkan hiperplastik pembuluh darah koroner. Pasien angina biasanya mengalami nyeri dada, peninggian ST.

  1. Komplikasi
Komplikasi utama dari angina (stable) adalah unstable angina, infark miokard, aritmia dan sudden death

  1. Penatalaksanaan
1.      Pada Angina pektoris tak stabil
Pada angina pektoris tak stabil penatalaksanaannya dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni tindakan umum dan terapi medikamentosa.
  Pada tindakan umum, pasien perlu perawatan di ruma sakit, sebaiknya di unit intensif koroner, pasien perlu diistirahatkan (bedrest), diberi penenang, oksigen; pemberian morfin atau petidin perlu pada pasien yang merasakan sakt dada walaupun sudah mendapatkan terapi nitrogliserin
  Terapi medikamentosa. Terapi medikamentosa terbagi atas tiga jenis golongan obat, yaitu : obat anti iskemia, anti agregasi trombosit, dan anti trombin.
  Obat anti iskemia
b.      Nitrat
Nitrat dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan arteriol perifer, dengan efek mengurangio preload dan afterload sehingga dapat mengurangi wall stress dan kebutuhan oksigen. Nitat juga menambah oksigen supali dengan vasodilatasi pembuluh darah koroner dan memperbaiki aliran darah kolateral
c.       Penyekat Beta
Beta bloker dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokardium melalui efek penurunan denyut jantung dan daya kontraksi miokardium. Data-data menunjukkan beta-bloker dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas dari pasienb infark miokard. Berbagai macam beta-bloker seperti propanolol, metoprolol, atenolol, pada pasien angina tak stabil yang menunjukkan efektivitas serupa. Kontraindikasi pemberian beta-bloker adalah pasien dengan asma bronkial, dan pasien dengan bradiaritmia
  Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium terbagi atas dua golongan yaitu golongan dihidropiridin seperti nefedipin dan golongan nondihidropiridin seperti verapamil. Golongan dihidropiridin mempunyai efek vasodilator yang lebih kuat dan penghambatan nodus sinus maupun nodua AV lebih sedikit dan efek inotropik negatif juga ebih kecil. Namun, kedua golongan ini dapat menyebabkan vasodilatasi koroner dan menurunkan tekanan darah
  Obat Antiagregasi Trombosit
Obat antiplatelet merupakan salah satu dasar dalam pengobatan angina tak stabil maupun infarkl tanpa elevasi ST segmen. Tiga golongan obat anti platelet seperti aspirin, tienopiridin, dan GP IIb/IIIa inhibitor telah terbukti bermanfaat
a.      Aspirin
Banyak studi telah membuktikan bahwa aspirin dapat mengurangi kematian jantung dan mengurangi infark fatal maupun non fatal pada pasien angina tak stabil. Oooleh karena itu dianjuran untuk diberikan seumur hidup dengan dosis awal 160mg per hari dan dosis selanjutnya 80-325 mg per hari
b.      Tiklopidin
Tiklopidin suatu deriva tienopiridin merupakan obat lini kedua dalam pengobatan angina tak stabil bila pasien tidak tahan aspirin. Dalam pemberian Tiklopidin harus diperhatiklan efe granuloditopenia, di mana insidennya 2,4 %. Dengan adanya klopidrogel yang lebih aman pemakaian tiklopidin mulai ditinggalkan
c.       Klopidrogel
Klopidrogel juga merupakan derivat tienopiridin yang menghambat agregasi platelet. Efek samping lebih kecil dari tiklopidin dan belum ada laporan neutropenia. Klopidrogel terbukti dapat mengurangi stroke, infark dan kematian kardiovaskuler
  Glikoprotein IIb/IIIa inhibitor
Ikatan fibrinogen dengan reseptor GP IIb/IIIa pada platelet adalah ikatan terakhir pada proses agregasi platelet. Karena GP IIb/IIIa inhibitor menduduki reseptor tadio maka ikatan platelet dengan fibrinogen dapat dihalangi, dan agregasi platelet tidak terjadi. Pada saat ini ada tiga macam obat golongan ini yang telah disetujui untuk pemakaian dalam klinik, yaitu : absimikab, suatu antibodi monoklonal, dan epifibrafid
  Obat Anti Trombin
a.      Unfractionated Heparin
Heparin adalah suatu glukosaminogflikans yang terdiri dari berbagai rantai polisakarida yang berbeda panjangnya denganaktivitas antikoagulan yang berbeda-beda. Anti trombin III, bila terikat dengan heparin, akan bekerja menghambat trombin dan faktor Xa. Heparin juga mengikat protein plasma lain, sel darah, sel endotel, yang akan mempengaruhi bioavailabilitas. Kelemmahan lain dari heparin adalah efek trombus yang kaya akan trombosit dan heparin dapat dirusak oleh platelet faktor 4.
b.      Low molekular weight heparin
LMWH dibuat dengan depolimerisasi rantai polisakarida heparin. Dibanding dengan  unfractionated  heparin, LMWH mempunyai ikatan terhadap protein plasma kurang,  bioavailabilitas lebih besar dan tidak mudah dinetralisir oleh faktor 4, lebih besar pelepasan tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dan kejadian trombositopenia lebih sedikit. LMWH yang ada di Indonesia ialah dalteaprin, nadroparin, dan enoksaparin. Kelebihan pemberian LMWH karena cara pemberiannnya yang mudah yaitu dapat disuntikkan secara subkutan dan tidak memrlukan pemeriksaan laboratorium
c.       Direct trombin inhibitors
Direct trombin inhibitors secara teoritis mempunyai kelebihankarena bekerja langsung mencegah pembentukan bekuan darah, tanpa dihambat oleh plasma p[rotein maupun platelet faktor 4.  activated partial trombin time dapat dipakai untuk memonitoring aktivitas antikoagulasi tetapi biasanya tidak perlu. Hirudin dapat menurunkan angka kematian dan infark miokard, tetapi komplikasi pendarahan tetap bertambah. Bivaliudin juga menunjukkan efektivitas yang sama dengan efek samping pendarahan yang kurang dari heparin
  Revaskularisasi pembuluh darah koroner
Tindakan revaskularisasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan inskemi berat, dan refrakter dengan terapi medikamentosa. Pasien dengan penyempitan di left main atau penyempitan pada 3 pembuluh darah, bila disertai faal ventrikel yang kurang tindakan operasi by pass (CABG) dapat memperbaiki harapan hdup, kualitas hidup dengan mengurangi masuknya kembali ke rumah sakit.
2.      Pada angina pektoris
tujuan utama pengobatan adalah mencegah kematian dan terjadinya serangan jantung (infark). Sedangkan yang lainnya adalah mengontrol angina sehingga memperbaiki kualitas hidup.
  Farmakologis
Pada umumnya terapi farmakologis angina stabil serupa dengan terapi farmakologis pada angina pektoris tak stabil, yaitu
1.      aspirin
2.      penyekat bea
3.      angitensin converting anzyme, terutama bila disertai hipertensi atau disfungsi LV
4.      pemakaian obat-obatan  untuk penurunan LDL pada pasien dengan LDL >130mg/dl (target <100 mg/dl)
5.      nitrogliserin semprot/sublingual untuk mengontrol angina
6.      antagonis Ca atau nitrat jangka panjang dan kombinasinya untuk tambahan beta-bloker apabila ada kontraindikasi penyakit beta, atau efek samping tak dapat ditolerir atau gagal
7.      klopidrogel untuk pengganti aspirin yang teridikasi mutlak
8.      antagonis Ca nondihidropiridin long acting sebagai pengganti penyekat beta untuk terapi permulaan
  Non Farmakologis
Di samping pemberian  oksigen dan istirahat pada waktu datangnya serangan angina, misalnya perubahan life style (termasuk berhenti merokok), penurunan BB, penyesuaian diet, olah raga teratur, dll.
  Reperfusi miokardium
Reperfusi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti intervensi koroner dengan balon dan pamakaian stent sampai pada operasi CABG

II.    KONSEP KEPERAWATAN
A.     Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Gejala



Tanda

Sirkulasi
Gejala
Tanda




Makanan/Cairan
Gejala


Tanda

Integritas Ego
Gejala
Tanda

Nyeri/kenyamanan
Gejala


















Tanda


Pernapasan
Gejala

Tanda

Pola hidup monoton, kelemahan
Kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan
Nyeri dada bila bekerja
Terbangun bila nyeri dada
Dispnea saat bekerja


Riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan
Takikardia, disritmia
Tekanan darah normal, meningkat atau menurun
Bunyi jantung : mungkin normal : S4 lambat atau murmur sistolik transient lambat (disfungsi otot papillaris) mungkin ada saat nyeri

Mual, nyeri uluhati/epigastrium saat makan
Diet tinggi kolesterol/lemak, garam, kafein, minuman keras
Ikat pinggang sesak, distensi gaster


Stressor kerja, keluarga lain-lain
Ketakutan mudah marah


Nyeri dada sub sternal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu, dan ekstremitas atas (lebih pada kira daripada kanan)
Kualitas: bervariasi dari ringan sampai sedang. Tekanan berat, tertekan, terjepit, terbakar.
Durasi: biasanya kurang dari 15 menit kadang lebih dari 30 menit (rata-rata 3 menit)
Faktor pencetus : nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi besar, seperti marah marh atau hasratseksual, olahrag pada suhu ekstrim, atau mungkin tak dapat diperkirakn dan atau terjadi selama istirahat.
Faktor penghilang : nyeri mungkin responsif terhadap mekanisme penghiang tertentu (contoh: istirahat ,obat antiangina)
Nyeri dada baru atau terus menerus yang terus menerus yang telah berubah frekuensi, durasinya, karakter atau  dapat diperkirakan (contoh: tidak stabil, bervariasi, prizmental)
Wajah berkerut, meletakkan pergelangan tangann pada midsternum, memijit tangan kiri, tegangan otot,  gelisah.

Dispnea saat kerja
Riwayat merokok
Meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan kedalaman




B.     Prioritas Keperawatan
1.      Menghilangkan atau mengontrol nyeri
2.      Mencegah/meminimalkan terjadoinya komplikasi miokard
3.      Membagikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan
4.      mendukung pasien/orang terdekat dalam melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
C.    Tujuan Pemulangan
1.      Meningkatkan kebutuhan tingkat aktivoitas memenuhi kebutuhan perawatan dengan nyeri minimal atau tidak ada.
2.      Bebas komplikasi
3.      Proses penyakit/prognosis dan program terapeutik dipahami.
4.      Berpartisipasi dalam program pengobatan, perubahan perilaku.

D.    Rencana Asuhan Keperawatan
1.      Nyeri (akut) berhubungan dengan laporan nyeri atau perilaku distraksi
Tujuan:
1.      Berpartisipasi dalam proses belajar,mencari informasi dan menanyakan pertanyaan.
2.      Berpartisipasi dalam pengobatan.
3.      Melakukan pola hidup.
Rencana tindakan
Rasional
1.      Anjurkan klien untuk memberithu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada.












2.      Kaji dan catat respon pasien/efek obat.



3.      Identifikasi terjadinya pencetus (frekuensi, durasi, intensitas, dan lokasi nyeri)




4.      Observasi gejala yang berhubungan (dispneu, mual/muntah, pusing palpitasi, keinginan berkemih)





5.      Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher lengan bahu, (khususnya sisi kiri)

6.      Anjurkan pasien untuk beristirahat total pada episode angina.

7.      Tinggikan kepala bila pasien napas pendek.

8.      Pantau irama jantung




9.      Pantau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina






10.  Pertahankan lingkungan yang tenang, nyaman, batasi pengunjung bila perlu.
11.  Berikan makanan lembut. Biarkan pasien istirahat 1 jam setelah makan.



Kolaborasi
12.  Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

13.  Berikan antiangina sesuai indikasi
Nitrogliserin;sublingual (nitrostat, bukal, atau tablet oral)

Lanjutkan tablet kunyah dengan kerja panjang

ß-bloker

14.  Pantau perubahan seri EKG
1.      Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar norefineprin, yang menegakkan agregasi trombosit dan mengeluarkan tromboxane A2. ini vasokonstriktor poten yang menyebabkan spasme arteri koroner yang dapat mencetus mengkomplikasi dan atau memperlama serangan angina memanjang. Nyeri tak bisa ditahan menyebabkan respons vasovagal, menurunkan tekanan darah dan frekuensi jantung.
2.      Memberikan informasi tentang kemajuan penyakit. Alat dalam evaluasi keefektifan intervensi dan dapat menunjukkan kebutuhan perubahan program pengobatan.
3.      Membantu membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi  kemungkinan kemajuan menjadi unstable angina (angina stabil biasanya berakhir 3-5 menit sementara angina tidak stabil  lebih lama dan dapt berakhir lebih dari 45 menit).
4.      Penurunan curah jantung (yang terjadi selama periode iskemia miokard) merangsang sistem saraf simpatis/parasimpatis, menyebabkan berbagai rasa sakit/sensasi dimana pasien tidak dapat mengidentifikasi apakah berhubungan dengan episode angina.
5.      Nyeri jantung dapat menyebar, contoh nyeri lebih sering ke permukaan dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang sama.
6.      Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan resiko cedera jaringan/nekrosis.
7.      Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang.
8.      Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan disritmia  yang mengancam hidup secara akut, yang terjadi pada respon terhadap iskemia dan/atau stress.
9.      Tekanan darah meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung dipengaruhi. Takikardi juga terjadi pada respon terhadap rangsangan simpatis dan dapat berlanjut sebagai kompensasi bila curah jantung menurun.
10.  Stress mental/meningkat kerja  miokard.

11.  Menurunkan kerja miokard sehubungan  dengan kerja pencernaan, menurunkan serangan angina.



12.  Meningkatkan  sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard/mencegah iskemia.
13.  Nitrogliserin merupakan vasidilator berakhir 10-30 menit dan dapat digunakan  secara profilaksis untuk mencegah serangan angina.
Menurunkan frekuensi dan beratnya serangan dengan menghasilkan vasodilatasi yang panjang/kontinu.
Menurunkan angina dengan menurunkan kerja jantung.
14.  Iskemia selama serangan angina dapat menyebabkan depresi segmen ST atau peninggian dan inversi gelombang T. Seri gambaran  perubahan  iskemia yang hilang bila pasien bebas nyeri dan juga dasar yang membandingkan pola perubahan selanjutnya.

2.            Curah jantung menurun berhubungan dengan gangguan pada frekuensi/irama dan konduksi elektrikal.
Tujuan:
1.      Melaporkan penurunan episode dispneu, angina dan disritmia menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas
2.      Berpartisipasi pada perilaku/aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
Rencana tindakan
Rasional
1.      Pantau tanda vital.


2.      Evaluasi status mental catat terjadinya disorientasi.
3.      Catat warna kuliit dan adanya kualitas nadi.


4.      Auskultasi bunyi napas dan bunyi jantung.



5.      Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut.

6.      Berikan periode istirahat adekuat dan bantu dalam melakukan ktivitas perawatan diri.
7.      Tekankan pentingnya menghindari regangan/angkat berat, khususnya selama defekasi.


8.      Dorong  pelaporan cepat nyeri untuk upaya pengobatan sesuai indikasi.

9.      Pantau dan catat efek/kerugian respon obat, catat TD, frekuensi dan irama jantung

10.  Kaji tanda-tanda gejala GJK




Kolaborasi
11.  Berikan oksigen sesuai kebutuhan




12.  Berikan obat sesuai indikasi
Penyekat saluran kalsium





Penyekat beta


13.  Diskusikan tujuan dan siapkan untuk kateterisasi jantung bila diindikasikan.





14.  Siapkan untuk intervensi pembedahan (PTCA, penggantian katup) sesuai indikasi
1.      Takikardi dapat terjadi  karena nyeri, cemas, hipoksemia dan menurunnya curah jantung.
2.      Menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan perubahan sensorium.
3.      Sirkulasi perifer menurun  bila curah jantung menurun, membuat kulit pucat dan menurunnya kekuatan nadi perifer.
4.      S3 dan S4, krekelsterjadi dengan dekompensasi jantung atau beberapa obat. Terjadinya murmur dapat menunjukkan katup karena nyeri dada.
5.      Menurunkan konsumsi oksigen/ kebutuhan menurunkan kerja miokard dan risiko dekompensasi.
6.      Penghematan energi danmenurunkan kerja jantung.

7.      Manuver valsava menyebabkan rangsang vagal, menurunkan frekuensi jantung yang diikuti takikardi keduanya memungkinkan mengganggu curah jantung.
8.      Intervensi sesuai waktu menurunkan konsumsi oksigen  dan  kerja jantung dan  mencegah/ meminimalkan komplikasi jantung.
9.      Efek yang diinginkan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan stress ventrikuler.
10.  Angina hanyalah gejala patologis yang disebabkan oleh iskemia miokard. Penyakit yang  mempengaruhi fungsi jantung menjadi dekompensasi.

11.  Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk memperbaiki kontraktilitas, menurunkan iskemia, dan kadar asam laktat.
12.   
Berperan dalam mencegah dan menghilangkan iskemia pencetus spasme arteri koroner dan menurunkan tahanan vaskuler, sehingga menurunkan tekanan darah dan kerja jantung.
Obat ini menurunkan kerja jantung dengan menurunkan frekuensi jantung dan tekanan darah sistolik.
13.  Tes stress  memberikan informasi  tentang ventrikel sehat/kuat yang berguna pada penentuan tingkat aktivitas yang tepat. Angiografi  mungkin diindikasikan untuk mengidentifikasikan area obstruksi/kerusakan arteri koroner yang memerlukan intervensi bedah.
14.  PTCA  meningkatkan aliran darah koroner dengan kompresi lesi  aterosklerosis dan dilatasi lumen pembuluh pada arteri koroner tersumbat.

3.            Ansietas berhubungan krisis situasi, ancaman terhadap konsep diri (gangguan citra/kemampuan)
Tujuan:
1.      Menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai
2.      Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang bisa diatasi
3.      Menyatakan masalah tentang efek penyakit pada pola hidup, posisi dalam keluarga dan masyarakat
4.      Menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan masalah

Rencana tindakan
Rasional
1.      Jelaskan tujuan dan prosedur tes, contoh tes stress
2.      Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh menolak, depsresi, dan marah. Biarkan pasien/orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi normal. Contoh: serangan jantung tak dapat terelakkan.




3.      Dorong keluarga dan teman  untuk menganggap pasien seperti sebelumnya

4.      Beritahu pasien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung.


Kolaborasi
5.      Berikan sedarif, tranquinlizer sesuai indikasi
1.      Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa dan prognosis.
2.      Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri. Pernyataan masalah menurunkan tegangan, mengklarifikasi tingkat koping, dan memudahkan pemahaman perasaan. Adanya bicara tentang diri negative meningkatkan tingkat cemas dan eksaserbasi serangan angina.
3.      Meyakinkan pasien bahwa peran dalam  dan kerja tidak berubah.


4.      Mendorong pasien untuk mengontrol tes gejala (contoh, tak ada angina dengan tingkat aktivitas tertentu), untuk meningkatkan kepercayaan pada program medis dan mengintegrasikan kemampuan dalam persepsi diri.

5.      Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk  membuat strategi koping adekuat.

4.            Kurang Pengetahuan berhubungan dengan informasi tidak adekuat/kesalahan interpretasi.
Tujuan:
1.      Berpartisipasi dalam proses belajar
2.      Mengasumsi tanggung jawab untuk belajar, mencari informasi dan menanyakan pertanyaan.
3.      Menyatakan pemahaman konsi/proses penyakit dan pengobatan.
4.      Berpartisipasi dalam proses pengobatan
5.      Melakukan perubahan pola hidup

Rencana tindakan
Rasional
1.      Kaji ulang  kondisi patofisiologi. Tekankan perlunya mencegah serangan angina.
2.      Dorong untuk menghindari faktor/situasi sebagai pencetus angina.contoh stress emosional kerja fisik, makan terlalu banyak, terpajan pada suhu lingkungan yang ekstrem.
3.      Bantu pasien/orang terdekat untuk mengidentifikasi sumber fisik  dan stress emosi dan diskusikan cara yang dapat mereka hindari.
4.      Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan merokok, perubahan diit dan olah raga.

5.      Dorong pasien untuk mengikuti program yang ditentukan





6.      Diskusikan dampak penyakit sesuai pola hidup yang diinginkan dan aktivitas.




7.      Dorong pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktiviotas, jadual aktivitas hindari ketegangan.


8.      Diskusikan langkah yang diambila bila terjadi serangan angina. Contoh:menghentikan aktiovitas, penggunaan teknik relaksasi.
9.      Kaji ulang obat yang diresepkan untuk memngontrol/mencegah serangan angina.

1.      Pasien angina membutuhkan belajar.

2.      Dapat menurunkan insiden/beratnya episode iskemik.




3.      Langkah penting pembatasan /mencegah serangan angina.


4.      Pengetahuan faktor risiko penting memberikan pasien kesempatan untuk membuat perubahan kebutuhan.
5.      Takut terhadap pencetus serangan  dapat menyebabkan psien menghindari partisipasi pada aktivitas yang telah dibuat untuk meningkatkan perbaikan (meningkatkan kekuatan miokard) dan membentuk sirkulasi kolateral.
6.      Pasien enggan melakukan aktivitas seperti biasanya karena takut serangan angina. Pasien harus menggunakan nitrogliserin, secara profilaktik, sebelum beraktivitas yang diketahui sebagai pencetus agina.
7.      Membiarkan pasien untuk mengantisipasi aktivitas yang dapt dimodifikasi untuk menghindari stree jantung dan tetap di bawah ambang angina.
8.      Menyiapkan apsien pada kejadian untuk menghilangkan takut yng meungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi serangan.
9.      Angina adalah kondisi rumit yang sering menggunakan obat yang banyak untuk menurukan kerja jantung memperbaiki sirkulasi koroner dan mengontrol terjadinya serangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar