Kamis, 14 Januari 2016

materi nyeri



PENGERTIAN NYERI
Nyeri di definisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi sesorang dan ekstrensinya di ketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri 2007).
Menurut International association for study of pain (IASP),nyeri adalah sensorik subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

            FISIOLOGI NYERI
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kulit yang secara opotensial merusak. Reseptor nyeri diseburt juga nosiceptor, secara anatomis receptor nyeri (nosirecpetor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda pula.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu:
·         Receptor A Delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan
·         Serabut C
Merupakn serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit di lokalisikan
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembulu darah,syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komtimbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptornyeri jenis ketiga adalah reseptor jenis viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
TEORI PENGONTROLAN NYERI (GATE CONTROL THEORY)
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosirespektor dapat menghasilkan rangsangan nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan berbagai nyeri dapat timbul, namun teori garbang kendali nyeri dianggap paling relevan (Tamsuri, 2007).
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistim saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa implus nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan di buka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dati otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepas subtansi P untuk mentranmisi implus melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor,neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepas neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang  dominan yang berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup makanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutup ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan derasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klian mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika implus nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desendesr melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neurtomedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. Tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepas endorfin (Potter, 2005)
          RESPON PISIKOLOGIS
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau nyeri bagi klien.
Arti nyeri bagi setiap individu berbeda-beda antara lain :
1.    Bahaya atau merusak
2.    Komplikasi seperti infeksi
3.    Penyakit yang berulang
4.    Penyakit baru
5.    Penyakit yang fatal
6.    Peningkatan ketidak mampuan
7.    Kehilangan mobilitas
8.    Menjadi tua
9.    Sembuh
10. Perlu untuk penyembuhan
11. Hukuman untuk berdosa
12. Tantangan
13. Penghargaan terhadap penderitaan orang lain
14. Sesuatu yang harus ditoleransi
15. Bebas dari tanggung jawab
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan gerak tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk menganalisa pola prilaku yang menunjukan nyeri. Perawat harus melakukan secara teliti apabila klien sedikit mengkespresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengkespresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien untuk mengkonsumsi nyeri secara efektif.
Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pesca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.
          FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI
1.    Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melapotkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2.    Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih di pengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3.    Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya separti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus di terima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4.    Makna nyeri
Berhubungan denganbagai mana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagai mana mengatasinya.

5.    Perhatian
Tingat seorang klien memfokuskan perhatianya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gell (1990), perhatian yang meningkat di hubungkan dengan nyeri yang meningkan, sedangkan upaya distaksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi,guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6.    Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
7.    Pengalaman masa lalu
Seseorang yang peernah berhasil mengatasi nyeri di masa lampau,dan saat ini nyari yang sama timbil,maka ia akan lebih mudah mengatasi nyarinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman masa lalu dalam mengatasi nyeri
8.    Pola kopingan
Pola koplingan adaktif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang meladaptif akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9.    Support keluar dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungngan.
RESPON FISIOLOGI TERHADAP NYARI
1.Stimulasi simpatik: (nyeri ringan modrat dan super ficial)
a)    Dilatasi saluran bronkia;l dan peningkatan respirasi rate
b)    peningkatan heart rate.
c)    Fasokonstriksi periver,peningkatan BP.
d)    Peningkatan nilai guloa darah.
e)    Diabhoresis
f)     Peningkatan kekuatan otot.
g)    Dilatasi pupil.
h)   Penurunan mobolitas GI.

2.Stimulasi parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
a)    Muka pucat.
b)    Otot mengeras.
c)    Penurunan HR dan BP.
d)    Nafas cepat dan ilegurel.
e)    Nausea dan vomitus.
f)     Kelelahan dan keletiha

RESPON TINGKAH LAKU TERTHADAPNYERI
1)    Respon perilaku terhadapnyeri dapat mencakup.
2)    Pernytataan ferbal (mengaduh,menangis,sesak nafas,mendengkur)
3)    espresi wajah (meringis,menggelatukkan gigi,menggigit gigi)
4)    gerakan tubuh (gelisah,imobiloisasi,ketegangan otot,peningkatan ngerakan jari dan tangan)
5)    kontak derngan orang lain atau interaksi sosial(menghindari percakapan,menghindari kontak sosial,penurunan rentang perhatian,fokus pada aktifitas menghilangkan nyari)
Indifidu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlamgsung selama beberapa menit atau menjadi kronis.nyeri dapat menyebabkan keletiha dan membuAt indifidu terlalu letih untuk merintih atau menangis.klien dapat tidur,bahkan dengan nyeri hebat. Klien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian dalam nyeri
Meinhart & Mccaffery mendiskripsikan 2 fase pengalaman nyeri
1)    Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri deterima)
Fase ini mungkin merupakan fase yang paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini mungkinkah seseorang belajar tentang nyeri dan upaya ubtuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat fase ini sangat penting, rurama dalam memberikan informasi pada klien.


2)    Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. Karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri dalam menyikapi nyeri juga ber beda-beda. Toleransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan orang lain. Orang yang mempunyai tingat toleransi tingi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah atau mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingat toleransi tingi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya mencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
INTENSITAS NYERI
Intensitan nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri nyeri di rasakan oleh individu dan kemungkinan nyeri dalam insensitas yang sama dirasakan sangat berbeda dengan dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar